Beberapa kios Al-Amin Sambisari, bersebelahan dengan Alfamart. (Arif Giyanto)
Al-Amin Sambisari, Potret Pemberdayaan Umat Mulai dari yang Terdekat : Beberapa kios Al-Amin Sambisari, bersebelahan dengan Alfamart. (Arif Giyanto)
Beberapa kios Al-Amin Sambisari, bersebelahan dengan Alfamart. (Arif Giyanto)

Al-Amin Sambisari, Potret Pemberdayaan Umat Mulai dari yang Terdekat

Usaha yang dikreasi demi menjauhkan umat dari kefakiran dan kemiskinan.


SAMBISARI, Purwomartani | Sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi sesamanya. Cara agar bermanfaatnya pun bisa berbeda-beda. Sebagian orang, berkontribusi dengan ide, gagasan, dan pikiran. Sebagian lainnya, beraksi taktis langsung ke lapangan.

Adalah kelompok usaha umat di Sambisari, Purwomartani, Kalasan, Sleman, bernama Al-Amin. Lahir pada Sabtu (25/10/2014), bertepatan dengan 1 Muharram 1436 H, gerakan ini berlatar belakang sosial-ekonomi lusinan keluarga Muslim yang dililit kefakiran serta kemiskinan. Dengan bersama-sama, rintisan usaha dibangun, dan satu dekade berlalu, keuntungan per tahunnya telah mencapai kisaran Rp100 juta.

“Awalnya, beberapa orang resah. Banyak keluarga di sekitar sini masih hidup berkekurangan. Setelah melalui pembicaraan beberapa tahap, dimulailah program usaha umat bernama Al-Amin. Harapannya, setelah usaha berjalan, dapat menjadi solusi kefakiran dan kemiskinan. Karena kefakiran begitu dekat dengan kekafiran,” ujar Yatmin, salah satu tokoh penggagas Al-Amin kepada Jogja Daily.

Al-Amin lantas memulai pemilihan lokasi yang berlanjut dengan pembangunan beberapa kios. Rencananya, semua kios disewakan, menyisakan satu kios yang digunakan sebagai usaha sendiri. Beruntung, lokasinya tak jauh-jauh. Sejumlah luasan tanah yang kini tepat berada di sebelah barat Alfamart Sambisari.

“Untuk menyelesaikan masalah umat, ada yang terjun langsung di medan dakwah. Sementara saya merasa, kemampuan dan pengalaman saya dalam berbisnis dapat pula saya ikhtiarkan di jalan Allah SWT,” ungkap alumnus Universitas Gadjah Mada tersebut.

Menurutnya, lokasi tanah yang terpilih, disewa dari tanah kas Kalurahan Purwomartani. Modal awal didapatkan dari patungan beberapa orang yang bertekad berjuang di jalan Allah SWT (fi Sabilillah). Sebagian modal dari berutang dengan seseorang. Alhamdulillah semua utang sudah terlunasi.

Gayung bersambut, kios-kios yang telah siap, laris manis disewa. Satu kios tidak disewakan dan hingga kini, dioperasionalkan untuk berjualan air isi ulang. Sedikit demi sedikit usaha Al-Amin mulai mendatangkan hasil. Perlahan pula perekonomian keluarga-keluarga Muslim yang berkekurangan mulai semakin teratasi.

“Keuntungan dari usaha setiap tahun bisa mencapai Rp100-an juta. Pengurus tidak mengambil gaji. Pegawai harian-lah yang mendapatkan gaji. Keuntungan di-tasaruf-kan pada orang miskin, anak yatim sampai membantu biaya sekolah, serta membiayai pengajian-pengajian akbar,” tuturnya.

Amal Jariyah

Yatmin berharap, Al-Amin dapat menjadi inspirasi bagi kalangan umat Islam lain dengan melakukan gerakan serupa, meski dengan cara yang tidak sama. Saling peduli seperti ini, dalam pandangannya, dapat bersumbangsih pada kemiskinan yang kenyataannya melanda sebagian umat Islam.

“Saya yakin, di setiap padukuhan pasti ada orang baiknya. Bila ada yang menginisiasi, mereka sepenuh hati akan mendukung. Jadi, kalau gerakan Al-Amin dapat direplikasi di berbagai tempat, saya pikir dapat berperan dalam membantu umat Islam yang fakir dan miskin,” ucapnya.

Strateginya, pemberdayaan umat mulai dari yang terdekat, yakni tetangga-tetangga sekitar. Keberhasilan dalam penerapan solusi yang langsung dirasakan oleh para tetangga yang membutuhkan dapat berdampak besar pada lingkungan yang jauh lebih baik dan kondusif.

“Ada ibadah zakat, infak, wakaf, dan sodaqoh. Menurut saya, tidak semuanya kemudian digunakan untuk perbaikan masjid atau infrastruktur ibadah. Upaya di jalan sosial-ekonomi seperti yang dilakukan Al-Amin juga bagian penting perbaikan kondisi. Sebuah bukti tentang Umat Islam yang saling peduli,” papar Pak Yatmin, begitu ia akrab disapa.

Ketika Al-Amin berhasil dan ditiru, lalu berhasil pula, para penggagas dan perintis generasi awal tentu saja berharap mendapatkan amal jariyah, amalan yang tidak terputus pahalanya, meski telah wafat. Yatmin optimis, selain amal jariyah, banyak kalangan umat Islam yang sangat membutuhkannya.

Editor: Rahma Frida


Berita Terkait

Mungkin Anda Tertarik