Chairman Pandiva, Arif Giyanto (kiri), bersama Hasto Wardoyo (tengah) dan Wahyu Indro Widodo (kanan). Hasto kini Walikota Yogyakarta dan Wahyu kini Direktur Akparda. (Set Pandiva)
Berkah Satu Dekade Plus Satu : Chairman Pandiva, Arif Giyanto (kiri), bersama Hasto Wardoyo (tengah) dan Wahyu Indro Widodo (kanan). Hasto kini Walikota Yogyakarta dan Wahyu kini Direktur Akparda. (Set Pandiva)
Chairman Pandiva, Arif Giyanto (kiri), bersama Hasto Wardoyo (tengah) dan Wahyu Indro Widodo (kanan). Hasto kini Walikota Yogyakarta dan Wahyu kini Direktur Akparda. (Set Pandiva)

Berkah Satu Dekade Plus Satu

Jogja Daily kembali hadir setelah lusinan purnama vakum serta membawa semangat dan komitmen literasi kejogjaan yang semakin istimewa.


Arif Giyanto
Chairman Pandiva

 

Lahir pada Sabtu (14/6/2014), Jogja Daily mendedikasikan diri pada penyajian ‘100 persen konten lokal kejogjaan’. Tahapan pratama pengenalan ‘jurnalisme progresif’ yang hanya menempatkan informasi positif berkemanfaatan. Fokus pada solusi persoalan, juga rekomendasi strategis.

Sewaktu masa awal tersebut, saya ‘menyowani’ beberapa orang penting yang kemudian memiliki arti penting bagi perjalanan Jogja Daily. Beliau-beliau tak memiliki tendensi apa pun, kecuali bersinergi dan berkolaborasi kontribusi teruntuk Jogja tercinta.

Sosok pertama yang perlu saya ceritakan adalah Agus Arif Nugroho, kini Kepala Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta. Ketika itu, saya sowan ke kantor Kecamatan Gondomanan, karena ia pimpinan di sana. Meski belum saling kenal, dan tidak membuat jadwal sebelumnya, saya diterima dengan sangat baik.

Pertama-tama, saya memperkenalkan diri. Bukan hanya sebagai pribadi, tapi juga pribadi pembawa brand media baru di Jogja bernama Jogja Daily. Meski masih terhitung pemula, perlakuan terhadap saya ternyata tetap istimewa. Cukup lama kami berbincang tentang banyak hal seputar isu-isu kejogjaan yang penting.

Saya, tentu saja, menjadi sedikit gagap, karena harus mengunyah informasi sebanyak itu, dalam kadar strategis pula, sementara saya belum cukup referensi. Syukurlah, setidaknya dalam beberapa tahun setelahnya, saya mulai bisa mengurai, apa-apa yang pernah disampaikan Pak Agus.

Pada akhir pembicaraan, saya diarahkan untuk mengontak sosok penting selanjutnya, Tri ‘Kelik’ Hastono, sekarang Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Kota Yogyakarta. Pak Agus memberi nomor Pak Kelik yang bisa dikontak, dan memberi saran tentang keberlanjutan beberapa ide yang terbahas bersama saya. Tak lupa, Pak Agus memberi gambaran profil Pak Kelik, untuk memastikan, saya benar-benar perlu menyowaninya.

Setali tiga uang, ketika saya berjumpa Pak Kelik, suasananya tidak jauh berbeda. Saya seperti kebanjiran konten kejogjaan, terlebih seperti ada ‘celah’ yang bisa saya masuki untuk turut berkontribusi. Pak Kelik mengapresiasi konten-konten Jogja Daily yang positif, terutama bagi Pemerintah Kota Yogyakarta. Selanjutnya, pembicaraan mulai mengarah pada optimalisasi konten pemerintahan hingga tingkat Kelurahan.

Bertahun-tahun setelahnya, baik saya sebagai pribadi, atau tim redaksi, atau Jogja Daily sebagai institusi, diberi kesempatan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta untuk mengawal konten-konten pemerintahan. Berbagai kerja sama yang dilakukan berupaya menginformasikan sepenuhnya kepada publik tentang Pemkot Yogyakarta yang sungguh-sungguh mengabdi kepada warga.

Pengalaman berkolaborasi ini membawa Jogja Daily ke spektrum lebih luas. Saya diperjumpakan dengan Shavitri Nurmala Dewi, akrab dipanggil Bu Evie. Dahulu ia menjabat Kabag Humas dan Protokol Setda Kabupaten Sleman. Bu Evie tampak excited dengan portofolio Jogja Daily yang fokus pada konten strategis lokal. Ia memberi dorongan khusus agar jejaring semakin terbuka.

Lebih luas, berturut-turut Jogja Daily akhirnya ‘percaya diri’ menyowani Pemkab Bantul, Pemkab Gunungkidul, dan Permkab Kulon Progo, untuk memperkenalkan diri dan menawarkan kolaborasi konten media. Responsnya beragam, tapi intinya, Jogja Daily semakin dikenal.

Beberapa kerja sama kemudian dijajaki dan terus dikaji untuk memberi pengaruh positif pada pemberitaan kejogjaan. Tak hanya lembaga pemerintah, redaksi mulai diterima kalangan akademisi, pebisnis, dan komunitas. Diskursus bahkan berkembang lebih dalam ke ranah substansi riset, kebijakan publik, kebudayaan nasional, dan historiografi.

Agensi Penulis

Selanjutnya, Jogja Daily berlimpah ‘katresnan’ berupa narasumber berbobot yang tidak melulu tentang update pemberitaan. Beliau-beliau membawa Jogja Daily untuk berkhazanah dan menguatkan benchmark sebagai media lokal dengan basis referensi mumpuni. Sebuah basis literasi alamiah, buah ‘pisowanan’ yang hangat dan inspiratif.

Basis literasi berlanjut pada konsistensi penerbitan buku. Teknisnya, memfasilitasi semua penulis Jogja, atau siapa pun yang suka menulis dan berkebutuhan memiliki terbitan buku, dengan mekanisme dan prosedur sederhana. Jogja Daily lantas seperti berubah menjadi ‘agensi penulis’.

Karena untuk berubah, apalagi bagi Jogja dengan lusinan pakar yang menasional, displin dalam pencatatan adalah sebuah keharusan. Siapa yang setuju untuk mengikat waktu dengan tulisan dapat berkolaborasi dengan Jogja Daily dan melahirkan buku. Begitu seterusnya, sebab pada praktiknya, realitas selalu dapat dibukukan, dan buku juga dapat direalitaskan. Timbal balik yang konvergen dan mutual, kemudian turut dalam gelombang besar keistimewaan Jogja.

Jogja Daily memprioritaskan produksi opini untuk menguatkan basis literasi. Opini yang intens dan kompeten dapat mengimbangi pemberitaan yang sering ‘tertekan’ karena deadline dan data penunjang yang kurang memadai. Terlebih, penguatan penulis opini sama dengan membangun pernaskahan strategis yang apabila dikelola dengan tepat, dapat melahirkan buku-buku berkualitas.

Jogja Daily juga tentang editorial dan manajemen internal. Tanpa keduanya, waktu yang telah berlalu tidak akan punya kisah ‘keseharian’ dan seni korporasi yang lebih mirip komunitas penulis ini. Personel yang datang dan pergi, dengan alasan masing-masing, atau tentang kalkulasi bisnis yang tidak selalu sesuai rencana, atau tentang mimpi yang tak linier dengan kapasitas, menjadi pewarna sedap perjalanan Jogja Daily.

Pada akhirnya, Jogja Daily sangat berterima kasih kepada warga Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dinamika kemasyarakatan yang bernilai juga respons warga atas kehadiran Jogja Daily, semakin berkelindan menuju tata nilai yang terus diharapkan membaik, meski konstelasi nasional dan global, tidak selalu berpihak pada yang benar.

Pada hari ini, Rabu (30/4/2025), Jogja Daily hadir kembali, setelah lusinan purnama vakum. Bila Allah SWT menghendaki, semoga Jogja Daily kini dapat semakin berguna bagi warga DIY, khususnya. Sedikit, tak apa. Asalkan bermanfaat dan lestari, Jogja Daily serasa bersanding dengan kebaikan dan hal-hal baik kejogjaan, termasuk keistimewaannya. Sebuah berkah satu dekade plus satu.

Editor: Astama Izqi Winata


Berita Terkait

Mungkin Anda Tertarik