Inovasi Rumah Rakyat di Atas Tanah Karst Gunungkidul
/ Bisnis
Bagaimana membangun rumah sederhana dengan biaya terjangkau, aman, dan ramah terhadap tantangan geologis?
Prof Suparwoko
FTSP UII dan HABITAT for Humanity
Adalah Kalurahan Wunung, Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Tempat yang indah, tenang, memesona, serta cocok bagi para pengunjung yang mendambakan inspirasi dan harmoni kehidupan. Berwisata ke Wunung Gunungkidul bak memanen energi besar. Bila telah mendapatkannya, seseorang bisa semakin tahan banting dan menjadi pekerja keras.
Namun, bagaimana bila hunian rakyat yang akan kita bahas? Bukankah hamparan wilayah Gunungkidul benar-benar berlimpah luasan tanah karst yang rentan terhadap pergerakan kondisi geologis?
Lapisan tanah penutup di atas batuan kapur (karst) mudah mengalami perubahan atau pergeseran dalam skala yang sangat kecil (mikro). Ketika masyarakat hendak membangun hunian di kawasan karst tersebut, terlebih rumah rakyat atau masyarakat berpenghasilan rendah, dibutuhkan inovasi tepat untuk menjawab tantangan itu.
Jawabannya, bisa saja beragam. Namun, model hunian yang adaptif dan tepat untuk mengatasi tantangan unik perubahan iklim dan geografi di Wunung khususnya, atau wilayah Gunungkidul pada umumnya, maka diperlukan inovasi desain seperti rumah sederhana Habitat Tipe 30 m² dengan rangka hollow galvanis, serta rangka dinding baja ringan dengan dinding panel GRC komposit dengan isian pasir-semen.
Komponen rangka struktur mengandalkan material inovatif berupa besi hollow galvanis. Pilihan ini secara strategis mengatasi tantangan geologis di Wunung. Baja hollow yang berbobot ringan namun memiliki kekuatan tarik yang tinggi mampu memberikan fleksibilitas dan mengurangi beban mati pada fondasi, sehingga ideal untuk kondisi tanah yang tidak stabil.
Lapisan galvanis pada rangka bangunan menjamin durabilitas struktural yang luar biasa, karena sifatnya yang anti-rayap dan anti-korosi. Hal itu menjamin umur panjang bangunan daerah tropis dengan fluktuasi suhu dan kelembapan yang ekstrem.
Lebih lanjut, untuk merespons tantangan suhu tinggi yang dominan di Gunungkidul, dinding rumah menggunakan panel GRC diperkuat dengan komposit isian padat campuran pasir-semen. Inovasi komposit ini berfokus pada efisiensi termal pasif dengan menciptakan masa termal (thermal mass) yang tinggi.
Massa termal berfungsi meredam dan menunda perpindahan panas dari suhu terik luar ke interior. Dengan menunda proses transfer panas, sistem dinding tersebut dapat membantu menjaga suhu ruangan tetap stabil dan lebih sejuk di siang hari, tanpa memerlukan pendingin udara buatan (AC) yang merupakan solusi cerdas untuk penghematan energi.
Aspek proses konstruksi dirancang untuk mengatasi masalah kritis di wilayah karst, yakni keterbatasan air. Metode inovatif yang digunakan adalah konstruksi kering (dry construction) atau minim air.
Sistem ini sangat mengurangi penggunaan air di lokasi. Sebab, struktur utama—rangka baja, panel GRC—adalah sistem perakitan (assembly) dan tidak memerlukan mortar atau plesteran basah dalam volume yang banyak. Sebuah adaptasi yang sangat krusial dan berkelanjutan di wilayah yang rentan kekeringan; serta meminimalkan penggunaan sumber daya vital.
Komponen atap menggunakan material baja ringan sebagai rangka yang dikenal akan ketahanannya terhadap rayap dan karat. Secara fungsional, desain atap pelana memastikan drainase air hujan berjalan cepat; serta meminimalkan risiko kebocoran dan genangan.
Terlebih penting, desain atap yang miring menciptakan ruang void udara antara atap dan plafon. Ruang udara ini bertindak sebagai isolator termal alami peredam panas yang dipancarkan dari penutup atap sebelum mencapai ruang hunian, sehingga secara efektif mendukung keseluruhan strategi pendinginan pasif bangunan rumah sederhana.
Seberapa Mahal?
Pertanyaan penting finalnya, lantas seberapa mahal inovasi hunian rakyat di atas tanah karst seperti Gunungkidul tersebut? Meskipun biaya awal, termasuk material, mungkin sedikit lebih tinggi, material inovatif tersebut menawarkan total biaya kepemilikan yang lebih rendah dalam jangka panjang.
Pertama, penghematan biaya operasional berupa pengurangan konsumsi listrik untuk pendinginan karena terdapat kinerja termal dinding GRC komposit dan adanya ruang void antara plafon dan atap.
Kedua, penghematan biaya perawatan, berupa eliminasi biaya perawatan anti-rayap untuk kayu dan pengurangan biaya perbaikan struktural akibat lapuk atau karat berkat lapisan galvanis.
Ketiga, penghematan waktu konstruksi. Sistem pracetak, yakni rangka dan panel GRC rangka baja ringan, mempercepat proses pembangunan, serta mengurangi biaya upah tukang secara signifikan.
Lebih dari semua itu, sebenarnya terdapat analisis estetika dan kearifan lokal yang layak dikemukakan. Senyatanya, integrasi visual ke lingkungan karst di wilayah Kalurahan Wunung dicapai melalui sentuhan yang cukup harmonis.
Pertama, palet warna alam berupa penggunaan warna krem atau abu-abu hangat pada dinding GRC untuk menyatu dengan warna batuan kapur dan tanah lokal.
Kedua, aplikasi tekstur, berupa pemanfaatan batu kapur (batu putih) lokal pada fondasi atau pedestal dinding untuk memberikan koneksi visual yang kuat dengan lanskap Gunungkidul.
Ketiga, naungan teritis yang optimal. Atap dengan overstek yang cukup lebar dapat memberikan naungan optimal dari sinar terik matahari, yang sekaligus menciptakan estetika tradisional yang mantap.
Dengan begitu, masih ragukah Anda? Inovasi rumah sederhana tipe 30m² bukan sekadar solusi murah, tetapi merupakan prototipe hunian masa depan yang tangguh terhadap iklim, cerdas secara energi, dan berkelanjutan secara ekonomi, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah atau menengah ke bawah yang tinggaal di daerah dengan tantangan lingkungan spesifik seperti wilayah Kabupaten Gunungkidul.
Desain ini membuktikan bahwa arsitektur yang bijak adalah perpaduan harmonis antara teknologi modern, dalam hal ini besi hollow galvanis, baja ringan, dan GRC telah mampu memberi pemahaman mendalam terhadap kondisi lokal, seperti tanah, air, dan iklim di wilayah pegunungan karst.
Editor: Rahma Frida
