

Soft Power Itu Bernama Diplomasi Sepak Bola
/ Bisnis
Citra Indonesia kreatif dan penuh prestasi melalui sepak bola selanjutnya dapat berimplikasi pada diplomasi ekonomi yang menyejahterakan.
Wildan Azka Imaddudin Zanki
President of Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Chapter UMY
Sepak bola sebentuk olahraga universal. Ia melampaui batas geografi, ideologi, bahkan politik. Di banyak negara, sepak bola tidak hanya dipandang sebagai olahraga, tetapi juga alat pemersatu, diplomasi, hingga sumber kebanggaan nasional.
Indonesia, negara dengan populasi keempat terbesar di dunia berikut antusiasme supporter yang luar biasa, kini tengah menyadari bahwa sepak bola bisa menjadi instrumen soft power yang efektif. Dari stadion lokal hingga panggung global, sepak bola berpotensi memperkuat citra Indonesia di mata dunia.
Konsep soft power diperkenalkan Joseph Nye, seorang ilmuwan politik berkebangsaan Amerika Serikat. Menurutnya, soft power dapat dipahami sebagai kemampuan suatu negara untuk memengaruhi pihak lain melalui daya tarik, bukan paksaan atau kekuatan militer. Budaya, nilai, dan diplomasi publik menjadi elemen kuncinya. Sepak bola, dalam konteks ini, adalah bentuk soft power yang paling mudah diterima, karena sifatnya yang universal.
Brasil dikenal karena samba football, Argentina dengan Messi, sementara Korea Selatan berhasil memanfaatkan sepak bola dan K-Pop untuk mengangkat citra global. Indonesia memiliki peluang serupa; menjadikan sepak bola sebagai wajah baru diplomasi kultural.
Dalam beberapa tahun terakhir, performa sepak bola Indonesia perlahan menunjukkan kebangkitan. Penyelenggaraan Piala Dunia U-17 FIFA 2023 di Indonesia berjalan sukses dan mendapat apresiasi internasional. Acara tersebut bukan hanya ajang olahraga, melainkan juga promosi pariwisata, budaya, dan citra Indonesia sebagai tuan rumah yang mampu.
Di sisi lain, Timnas Indonesia mulai menarik perhatian media asing. Lolos ke Piala Asia, performa Timnas U-23 di level Asia, serta kehadiran pemain-pemain diaspora yag bermain di liga top Eropa seperti Jay Idzes dan Kevin Diks menambah daya tarik. Peningkatan performa dari nama-nama lokal seperti Rizky Ridho dan Marselino Ferdinan juga memperluas pengaruh Indonesia di kancah internasional.
Kombinasi antara antusiasme supporter, performa yang meningkat, dan perhatian global inilah yang menjadikan sepak bola sebagai potensi soft power baru bagi Indonesia. Momentum kebangkitan sepak Bola Indonesia terasa kuat.
Diplomasi Olahraga dan Citra Bangsa
Diplomasi olahraga bukan hal yang baru. Qatar dengan Piala Dunia 2022 dan Jepang dengan Olimpiade Tokyo 2020 adalah contoh bagaimana kompetisi olahraga digunakan untuk memperkuat citra negara. Indonesia, dengan populasi besar dan pasar yang luas, memiliki alasan kuat untuk menjadikan sepak bola sebagai instrumen diplomasi.
Pertandingan persahabatan internasional, partisipasi dalam turnamen besar, hingga kerja sama federasi sepak bola bisa menjadi saluran diplomasi yang efektif. Melalui sepak bola, Indonesia dapat memperkuat citra sebagai negara ramah, penuh kreativitas, sekaligus pemain penting di kawasan Asia.
Lebih jauh, sepak bola juga bisa memperkuat diplomasi ekonomi. Penyelenggaraan event besar seperti FIFA U-17 membawa multiplier effect. Sektor pariwisata meningkat, hotel penuh, UMKM berkembang, hingga hak siar dan sponsor mengalir. Jersey Timnas atau merchandise klub bahkan bisa menjadi bagian dari industri kreatif yang bernilai tinggi.
Meskipun potensinya besar, jalan menuju penguatan soft power lewat sepak bola tidaklah mudah. Indonesia masih menghadapi masalah klasik; kualitas stadion yang belum merata, tata Kelola liga yang sering menuai kritikan, hingga perilaku sebagian supporter yang terkadang mencoreng citra bangsa.
Selain itu, sepak bola Indonesia memerlukan konsisten prestasi. Euforia masyarakat bisa menjadi bumerang jika tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas jangka panjang. Indonesia masih harus berbenah dari segi manajemen dan pembinaan usia muda. Tanpa fondasi yang kuat, sepak bola hanya akan menjadi ‘panggung hiburan sesaat’, bukan alat diplomasi berkelanjutan.
Meskipun penuh tantangan, momentum yang ada saat ini tidak boleh tersia-siakan. Sepak bola Indonesia sedang naik daun, dan dunia mulai menoleh. Pemerintah, federasi, dan masyarakat perlu bersinergi agar sepak bola tidak hanya berhenti pada soal kemenangan di lapangan, tetapi juga membawa dampak nyata pada ekonomi dan citra bangsa. Semua itu bisa lebih efektif daripada sekadar kampanye pariwisata.
Sepak bola juga tentang identitas. Dari stadion yang riuh hingga layer kaca internasional, sepak bola bisa mengubah citra Indonesia. Negeri ini bukan hanya pemilik alam yang indah, tetapi juga warga negara yang penuh semangat dan prestasi di lapangan hijau. Dari stadion ke diplomasi global, sepak bola dapat menjadi wajah baru soft power Indonesia pada abad ke-21.
Editor: Astama Izqi Winata